fbpx
Skip to content
Home » Blog » Waspada Obesitas Bisa Sebabkan 15 Penyakit Berikut Ini, Selengkapnya

Waspada Obesitas Bisa Sebabkan 15 Penyakit Berikut Ini, Selengkapnya

bahaya obesitas

WHO memperkirakan pada tahun 2025 sekitar 167 juta orang dewasa maupun anak akan mengalami overweight atau obesitas. Obesitas di seluruh dunia meningkat hampir tiga kali lipat sejak 1975. Sebagian besar penduduk dunia tinggal di negara-negara yang memiliki masalah kelebihan berat badan dan obesitas membunuh lebih banyak orang daripada kekurangan berat badan. 

Pada perayaan world obesity day 2022, WHO mengajak negara-negara untuk melakukan upaya pencegahan terhadap obesitas. Pada Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, balita gemuk berjumlah 8,0 %, menurun dari 11,8% pada tahun 2013.

Mengenal Obesitas

Obesitas memiliki definisi akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Biasanya hal ini terjadi karena pemasukan energi lebih tinggi dibandingkan pengeluaran energi. Obesitas dapat diketahui dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk mengklasifikasikan overweight dan obesitas pada orang dewasa.

Obesitas di Indonesia

Nilai IMT dapat dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Di Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

  • Kurus dengan kategori kekurangan berat badan tingkat berat adalah < 17,0; sedangkan untuk kurus dengan kategori kekurangan berat tingkat ringan adalah 17,0 – 18,5
  • Normal adalah 18,5 – 25,0
  • Gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan adalah > 25,0 – 27,0; sedangkan untuk gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat adalah > 27,0

IMT adalah ukuran antropometri tingkat populasi yang paling sederhana dan berguna untuk mengetahui obesitas karena dapat digunakan untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta untuk semua usia orang dewasa. 

Namun, indikator ini adalah ukuran awal karena tidak secara langsung mengukur lemak tubuh. Beberapa orang, seperti atlet berotot, memiliki kemungkinan memiliki indeks massa tubuh (IMT) dalam kategori obesitas meskipun tidak memiliki kelemahan lemak tubuh.

Pada orang obes tertentu perlu diukur lebih lanjut indikator lain seperti kadar kolesterol, gula darah, tekanan darah, dan lain-lain. Sementara itu untuk anak-anak memiliki cara pengukuran dan indikator tersendiri untuk menentukan status gizi.

Kategori dan ambang status gizi anak mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Atandar Antropometri Anak. Kategori risiko berat badan lebih memiliki ambang batas z-score > +1 SD. Sementara itu, kategori obesitas (obese)  memiliki ambang batas z-score > +3 SD (indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan anak dan indeks massa tubuh menurut umur usia 0-60 bulan). Pada anak usia 5 – 18 tahun, pengkategorian obesitas (obese) jika anak memiliki z-score > +2 SD.

BACA JUGA: Kanker: Penyebab, Gejala, Macam – Macamnya dan Cara Mencegah Kanker

Membaca Penyebab Mendasar Obesitas

Penyebab mendasar dari obesitas dan kelebihan berat badan adalah ketidakseimbangan energi antara asupan kalori dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan melalui aktivitas fisik. Faktor genetik, fisiologis, dan lingkungan menjadi faktor risiko dari kejadian obesitas. Obesitas diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

  • Genetik

Gen yang diwarisi dari orang tua dapat mempengaruhi jumlah lemak tubuh yang disimpan dan didistribusikan.Genetik juga dapat berperan pada seberapa efisien tubuh mengubah makanan menjadi energi, bagaimana tubuh mengatur nafsu makan, dan bagaimana tubuh membakar kalori selama berolahraga.

  • Peningkatan konsumsi makanan padat energi yang tinggi lemak dan gula atau minuman berkalori; dan
  • Penurunan aktivitas fisik karena semakin banyak bentuk pekerjaan yang menetap, perubahan moda transportasi, dan peningkatan urbanisasi.
  • Penyakit dan obat-obatan tertentu

Pada beberapa kasus tertentu, obesitas dapat disebabkan oleh penyebab medis, seperti sindrom Prader-Willi, sindrom Cushing dan kondisi lainnya. Masalah medis, seperti radang sendi, juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. 

Beberapa jenis obat juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan jika tidak diimbangi dengan diet dan aktivitas fisik. Obat-obatan ini termasuk beberapa antidepresan, obat anti-kejang, obat diabetes, obat antipsikotik, steroid dan beta blocker.

  • Usia

Obesitas dapat terjadi pada semua usia, bahkan pada anak. Namun seiring bertambahnya usia, perubahan hormonal dan gaya hidup yang kurang aktif dapat meningkatkan risiko obesitas. Selain itu, jumlah otot di tubuh cenderung berkurang seiring bertambahnya usia. Umumnya, massa otot yang lebih rendah menyebabkan penurunan metabolisme.

Perubahan ini juga mengurangi kebutuhan kalori dan dapat mempersulit untuk menahan kelebihan berat badan. Jika sahabat sehat tidak secara sadar mengontrol apa yang dimakan dan kurang aktif secara fisik seiring bertambahnya usia, berat badan anda kemungkinan akan bertambah.

BACA JUGA: Kanker Otak: Penyebab, dan Cara Atasi Dari Awal

  • Faktor lain

Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab obesitas adalah kehamilan, berhenti merokok, kurang tidur, stress, dan mikrobioma. Kenaikan berat badan sering terjadi selama kehamilan. Beberapa wanita merasa sulit untuk menurunkan berat badan setelah kelahiran. Kenaikan berat badan ini dapat berkontribusi pada perkembangan obesitas pada wanita.

Berhenti merokok sering dikaitkan dengan penambahan berat badan. Seringkali, hal ini terjadi ketika orang yang berhenti merokok menggunakan makanan untuk pengganti rokok. Namun, dalam jangka panjang, berhenti merokok masih memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesehatan

Tidak cukup tidur atau terlalu banyak tidur dapat menyebabkan perubahan hormon yang meningkatkan nafsu makan. Tingginya konsumsi makanan tinggi kalori dan karbohidrat karena pengaruh kurang tidur atau terlalu banyak tidur dapat berkontribusi pada penambahan berat badan.

Banyak faktor eksternal yang mempengaruhi suasana hati dan kesejahteraan yang dapat menyebabkan obesitas. Terkadang, makanan berkalori tinggi lebih sering dikonsumsi ketika mengalami situasi stres. Bakteri usus dipengaruhi oleh apa yang sahabat sehat makan dan dapat berkontribusi pada penambahan berat badan atau kesulitan menurunkan berat badan.

Perubahan pola makan dan aktivitas fisik seringkali merupakan hasil dari perubahan lingkungan dan sosial yang terkait dengan pembangunan dan kurangnya kebijakan yang mendukung di sektor-sektor seperti kesehatan, pertanian, transportasi, perencanaan kota, lingkungan, pengolahan makanan, distribusi, pemasaran, dan pendidikan.

Penyakit yang Bisa Terjadi

Peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator obesitas merupakan faktor risiko utama terhadap terjadinya penyakit tidak menular seperti:

1. Penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung

Risiko timbulnya penyakit jantung semakin meningkat jika disertai dengan kebiasaan merokok, menderita tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.

BACA JUGA: 20 Makanan Bergizi Tinggi, Bernutrisi serta Organik

2. Stroke

Obesitas membuat tubuh lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol abnormal, yang merupakan faktor risiko penyakit stroke.

3. Diabetes tipe 2

Obesitas dapat mempengaruhi cara tubuh menggunakan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal ini meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.

4. Gangguan muskuloskeletal (terutama osteoartritis)

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang sangat melumpuhkan. Obesitas meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan beban, selain meningkatkan peradangan di dalam tubuh.

5. Masalah pencernaan

Obesitas meningkatkan kemungkinan tubuh mengalami mulas, penyakit kandung empedu dan masalah hati.

6. Apnea tidur

Orang yang mengalami obesitas lebih cenderung mengalami sleep apnea, yaitu gangguan pernapasan berulang kali berhenti dan dimulai saat tidur yang berpotensi serius.

7. Gejala COVID-19 yang parah

Obesitas meningkatkan risiko untuk mengalami gejala yang parah jika sahabat sehat terinfeksi virus penyebab penyakit coronavirus 2019 (COVID-19). Orang yang memiliki kasus COVID-19 yang parah mungkin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif atau bahkan bantuan mekanis untuk bernapas.

8. Kanker endometrium

9. Kanker payudara

10. Kanker ovarium

11. Kanker prostat

12. Kanker hati

13. Kanker kantong empedu

14. Kanker usus besar

15. Hipertensi

Sebuah studi terkait obesitas dan penyakit tidak menular, yaitu PURE Poland Cohort Study membuktikan bahwa obesitas dapat mengakibatkan penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung koroner.

Penyakit Lainya

Masalah terkait berat badan lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas hidup meliputi:

  • Depresi
  • Disabilitas
  • Malu dan bersalah
  • Isolasi sosial
  • Prestasi kerja lebih rendah

Risiko berbagai penyakit tidak menular ini meningkat seiring dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT). Obesitas pada anak dikaitkan dengan kemungkinan obesitas, kematian dini, dan kecacatan yang lebih tinggi di masa dewasa. Namun selain peningkatan risiko di masa depan, anak obes juga rentan mengalami kesulitan bernapas, peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, gejala awal penyakit kardiovaskular, resistensi insulin dan efek psikologis.

Kegemukan dan obesitas, serta penyakit tidak menular terkait, sebagian besar dapat dicegah. Gaya hidup yang mendukung merupakan hal mendasar dalam membentuk pilihan individu dengan membuat pilihan makanan minuman yang lebih sehat dan aktivitas fisik yang teratur.

Mencegah Obesitas

Obesitas dapat dicegah dengan beberapa cara sebagai berikut :

  • Membatasi asupan energi dari total lemak dan gula salah satunya dapat konsumsi beras merah organik

Berah Merah Organik

Beras Merah Organik

  • Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, serta kacang-kacangan

Brokoli Organik

Brokoli Organik

  • Melakukan aktivitas fisik secara teratur (150 menit dalam seminggu untuk orang dewasa).

 

Pada level masyarakat, penting untuk mendukung individu dalam mengikuti rekomendasi pencegahan obesitas di atas, melalui implementasi berkelanjutan dari kebijakan berbasis bukti ilmiah. Contoh dari kebijakan tersebut adalah pemberian pajak terhadap minuman yang dimaniskan dengan gula. Industri makanan dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan diet sehat dengan cara :

  • Mengurangi kandungan lemak, gula dan garam dari makanan olahan;
  • Memastikan bahwa pilihan makanan minuman yang sehat dan bergizi tersedia dan terjangkau bagi semua konsumen;
  • Membatasi pemasaran makanan tinggi gula, garam dan lemak, terutama makanan yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja; dan
  • Memastikan ketersediaan pilihan makanan sehat dan mendukung praktik aktivitas fisik secara teratur di tempat kerja.

Strategi Global WHO tentang “Diet, Aktivitas Fisik dan Kesehatan” menggambarkan tindakan yang diperlukan untuk mendukung diet sehat dan aktivitas fisik secara teratur. Strategi tersebut menyerukan kepada semua pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan di tingkat global, regional dan lokal untuk memperbaiki pola makan dan aktivitas fisik di tingkat populasi.

Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan mengakui Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai tantangan utama bagi pembangunan berkelanjutan. Sebagai bagian dari Agenda, Kepala Negara dan Pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan upaya nasional yang ambisius, pada tahun 2030, untuk mengurangi sepertiga kematian dini akibat PTM melalui pencegahan dan pengobatan.

  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7967430/
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/symptoms-causes/syc-20375742
  • Pedoman Gizi Seimbang 2014. Kemenkes RI.
  • Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
  • Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

 

Sumber Gambar :

  • Sesa.id
  • pexels.com